Banda Aceh (Inmas)---Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh akan menggelar nonton bareng film dokumenter " Cahaya di Atas Bukit" di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon, besok, Jum'at (15/12).
Informasi ini disampaikan Kasubag Inmas Kanwil Kemenag Aceh, H Rusli, Lc, M.Si, Rabu (13/12) di Banda Aceh.
Pemutaran film dokumenter yang bercerita tentang keadaan pendidikan di wilayah pedalaman Aceh tersebut akan digelar pukul 19.30 Wib.
“Film ini bercerita tentang keadaan pendidikan di pedalaman Aceh, seperti MIS Kala Wih Ilang, Aceh Tengah dan kehidupan pendidikan di Desa Babo, Aceh Tamiang. Film ini merupakan karya Kanwil Kemenag Provinsi Aceh,” sebutnya.
Nonton bareng akan diikuti oleh Kakanwil Kemenag Aceh, Bupati Aceh Tengah dan seluruh Kepala Madrasah di Aceh Tengah.
Film tersebut lahir atas inisiasi Kakanwil Kemenag Aceh, Drs H M Daud Pakeh usai meninjau langsung kondisi pendidikan di Kala Wih Ilang sebuah perkampungan di pedalaman Aceh Tengah dan Gampong Jambo Rambong di Pedalaman Aceh Tamiang, dan telah di lauching Jumat 8 September 2017 lalu di Banda Aceh.
Sebagaimana disampaikan produser film, Saifuddin SE yang akrab disapa Yahwa bahwa launching film ini sengaja dilakukan untuk dapat secara resmi disebarluaskan kepada masyarakat luas supaya dapat melihat potret pendidikan di pedalaman secara dekat.
Film yang berdurasi 40 menit itu mengisahkan tentang sosok Pak Thamrin. Semasa hidupnya putera Gayo itu menjabat kepala KUA di Takengon. Namun di sela-sela waktunya dia terus menyempatkan diri membangun pendidikan pada sebuah dusun di kecamatan Pegasing Aceh Tengah.
Usahanya tidak sia-sia. Tahun 2013, Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Kala Wih Ilang resmi berdiri dan beroperasi. Bangunannya berlantai tanah dan berdinding papan. Atapnya, seng bekas sumbangan dari masyarakat sekitar.
Film ini juga mengisahkan keponakannya Mahyudin bercerita tentang kegigihan pak Thamren yang bersikeras membangun sebuah madrasah. Cita-cita itupun tercapai.
Walau jauh dari pusat keramaian dan fasilitas pendidikan sangat terbatas, namun semangat anak-anak disana tidak berkurang untuk menuntut ilmu.
Selain itu, di film ini diantara murid-murid MIS Kala Wih Ilang, terdapat anak-anak dari keluarga non-Muslim yang ikut menimba ilmu disana. Namun, guru-guru disana tidak pernah membatasi anak-anak non muslim untuk belajar. Menurut para pengajar, ilmu adalah cahaya untuk semua orang. Soal keimanan adalah masalah pribadi setiap orang.
Dalam film ini juga mengisahkan tentang pendidikan di Gampong Jambo Rambong Kec Tamiang Hulu, Aceh Tamiang, dimana terdapat Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) al-Kautsar yang dindingnya terbuat dari tepas bambu.
Pendiri MIS al-Kausar jadi inspirasi banyak orang, Pak Jufri dan istrinya tidak bersekolah, cuma menjalani pendidikan dasar selama 6 bulan saja, kemudian kenyataan pahit membuat mereka untuk berjuang menjalani hidup.
Namun, keterbatasan mereka tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk membangun pendidikan di daerah pedalaman itu dengan membangun madrasah bagi anak-anak sekitar untuk melanjutkan pendidikan dan memberi cahaya.[]