CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Ampunan Manusia saja Mahal, Apalagi Maghfirah Allah

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 912
Senin, 22 Juli 2013
Featured Image
Banda Aceh-KemenagNews (22/7/2013) Pada Ramadhan hari ke 13, Kabid PD Pontren Kanwil Kementerian Agama, H. Abrar Zym, S.Ag membagi banyak cerita lewat kultum ba'da zhuhur di Mushalla Al-Ikhlas Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh (22 Juli). Di antara kisah yang banyak diulang oleh Ustadz Abrar, mantan Kasi pada Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah itu, seputar ampunan."Saya era 1996 pernah ceramah di LP Keudah. Saat kita tanyai pada napi, 'kapan saat yang paling menyenangkan?' Napi menjawab, 'bulan Agustus'," gambar H. Abrar Zym, soal senangnya manusia mendapat ampunan, bebas hakim, amnesti, dan grasi. Bagi Allah, ampunan itu kecil, meskipun di sisi manusa itu amat mahal. "Jika seorang tersangka divonis oleh hakim bebas, maka tersangka akan sujud, dan memekikkan Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, saya tidak bersalah. Lalu anak dan istrinya akan menghampiri dan memeluknya di hadapan majelis hakim dan pengunjung. Begitu mahalnya ampunan manusia, apalagi maghfirah (ampunan) Allah itu," jelas Tgk. Abrar Zym, pria asal Labuhan Haji Timur Aceh Selatan.Ramadhan yang disebut Bulan Maghfirah itu, satu hikmah tersendiri dari Allah yang Maha Pengampun. Ampunan Allah ialah harapan setiap kita, manusia yang silap dan salah ini. Kita harus bijaksana memetik hikmah pada setiap ibadah dan keadaan."Hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun praktik menurut kadar kemampuan manusia," kutip Ustadz Abrar, mantan Kabid Penamas Kanwil, tentang makna hikmah (www.kumpulanistilah.com). Hikmah sebagai paradigma keilmuwan yang mempunyai tiga unsur utama, yaitu: 1). Masalah; 2). Fakta dan data; dan 3). Analisis ilmuwan dengan teori.Ada kisah lain, saat dua malaikat diutus bertamu ke rumah orang kaya, suatu sore. Tuan rumah yang sombong menempatkan mereka di gudang, bukan ke kamar timur. Malamnya salah satunya memperbaiki dinding yang retak. Salah satu malaikat bertanya, 'kenapa diperbaiki, padahal ini gudang rumah orang kaya?' Malam besok mereka bertamu ke rumah orang miskin, dan diinapkan di ruang tidur dengan sprei dan sarung bantal baru. Malam itu ternyata sapi orang miskin itu mati mendadak. Salah satu malaikat bertanya, 'kenapa kamu tidak menghalangi sapi dari kematiannya?' Ternyata ini hikmahnya, jawab malaikata yang ditanyai, "Bahwa di dinding rumah orang kaya itu, kamu tak lihat, ada emas. Jika tuang rumah yang kaya sombong melihatnya, mengambilnya, dia akan bertambah-tambah soknya. Sedangkan sapi orang miskin yang mati mendadak itu, sebenarnya saya telah menegah malaikat Izrail agar tak mencabut nyawanya, saat Malik Maut mau ingin mematikannya, tapi saya alihkan ke kandang belakang. Jadi, sapi yang mati, bukan tuan rumah yang pemurah itu," kisah Ustadz Abrar. Ustadz Abrar juga gambarkan tipe manusia yang sulit bersyukur, "Manusia cenderung kufur dengan gampangnya, tidak lama setelah kesulitan terlewati. Padahal sebelumnya ia berdoa dan mengaku beriman kepada Allah. Misalnya tatkala nelayan yang terdampar di lautan bebas itu dikembalikan pihak penyelamat dan Pemerintah, dan ternyata dia satu-satunya penumpang yang selamat, saat itupun ia masih mengakui tak ada bantuan selama di laut. Padahal di samudera ia yakin dengan bantaun Allah. Dengan doanya, bantuan Allah sudah datang, hingga dia selamat hingga ketemu istri dan famili di darat. Namun saat ditanyai, apa ada bantuan saat di kapal dan lautan bebas, jawabnya, tidak ada!" sambung H. Abrar, Pengurus Iskada Aceh itu. "Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu di kembalikan?" (QS. 2:28), salah satu ayat Al-Quran yang dikutip H. Abrar Zym, mantan Kakandepag Aceh Selatan, menggambarkan betapa kafirnya sang hamba. Amanat Apel: Teropong Kekurangan Diri Sementara itu, pagi Senin (22/7), Kabid PAIS, Drs. H. Saifuddin AR, ajak jajaran agar tak suka meneropong semut di kejauhan, di pelupuk mata orang, tapi mesti sesering mungkin menakar dan meneropong kekurangan diri, apalagi di Bulan Suci ini. Pak Din (sapaan untuk H. Saifuddin) mengutip pepatah, dalam apel pagi itu, "Lubeng di pelupuk mata orang, kelihatan sekali; gajah di pelupuk mata sendiri tidak kelihatan. Semoga kita tidak demikian." Lubeng ialah binatang merah kecil, lebih kecil dari piet, yang biasa ada di rerumputan, yang bisa membengkakkan sasaran, jika dia menggigit organ anak laki-laki dan perempuan. Demikian penjelasan peserta apel, usai apel. [yakub]
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh