[Banda Aceh | Ruhamah] Dosen MIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh DR. Suhrawardi Ilyas, M. Sc menjadi narasumber pertama dalam acara Kajian keislaman dalam Program Obrolan Sahur yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh melalui bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah selama bulan Ramadhan 1437 H/2016 bekerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Banda Aceh dan Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Senin menjelang sahur 6/6/2016.
Dalam kesempatan tersebut Pakar Sains Unsyiah ini menjelaskan tentang Jejak Sains dalam system penanggalan Hijriyah.
“Kalendar Hijriyah dibuat dengan ketentuan jumlah hari persekolahan bulan yang berbeda dengan kalendar masyarakat Arab pra Islam Jumlah hari per bulan yang berbeda Kalendar tradisional Arab pra Islam menganut sistem jumlah hari yang berselang seling 29 dan 30 setiap bulan dan ada sebuah bulan ekstra untuk mensejajarkan dengan matahari Kalendar Hijriyah menganut lunar murni dengan penentuan hari berdasarkan fase bulan yang terlihat secara jelas Hal ini membuat kalendar Hijriyah dapat divetifikasi oleh siapapun baik ahli astronomi maupun orang biasa,” ungkap Suhrawardi dalam materinya.
“Namun standar fase bulan itu telah memicu pengukuran waktu yang presisi terhadap durasi fase bulan, sehingga periode sinodis bulan sebesar 39,53 hari sudah diukur dengan akurat sejak tahun 50 Hijriyah (sekitar 660 M), dan ini mendorong berkembangnya ilmu falak atau astronomi modern ke tingkat yang luar biasa, semua hasil dari orang Islam yang ingin berbuat lebih untuk agamanya,” kata Anggota Balitbang. [y]